Gabung dan lihat iklan dapat Rupiah

Minggu, 24 Februari 2008

Bangkitnya Tradisi yang Hampir Terlupakan

Penutupan Perayaan Tahun Baru Imlek 2559 atau Cap Go Meh pada malam kelima belas, Kamis (22/2) malam di Kelenteng See Hin Kiong, berlangsung meriah. Ditandai arak-arakan terakhir dua Kio Lao Co (Hong Tek Tjensin) dari Himpunan Tjinta Teman (HTT), diikuti dengan atraksi Naga, barongsai dan Wushu, yang mulai diarak pukul 18.00 WIB, mengitari Jalan Kelenteng, Niaga, Pulau Karam, Pondok, Batang Arau, hingga berakhir pukul 21.00 WIB.


Suasana semakin ramai dan riuh saat dua Kio Lao Co keluar dari HTT. Terlebih tradisi mengarak Kio tersebut sudah puluhan tahun tidak dilakukan. Mengingat pada waktu itu, apapun kegiatan yang berbau Tionghoa dibatasi bahkan dilarang oleh pemerintah. Sesampai arak-arakan Kio di Kelenteng, orang-orang bersembahyang dan setelah itu dilanjutkan dengan bersilaturrahmi ke perhimpunan dan perkumpulan marga yang lain serta kongsi-kongsi Suhu. Para penandu Kio tampak kewalahan mengendalikannya. Tapi disanalah terdapat rasa kebersamaan dan rasa tolong menolong bagi para penandu yang sudah tidak kuat lagi menandu, maka digantikan dengan penandu yang lain. Setelah bersuka ria, warga Tionghoa mengakhiri perayaan Tahun Baru Imlek pada malam hari tanggal lima belas bulan pertama Imlek.

Vihara dan Kelenteng kembali ramai dikunjungi warga Tionghoa yang ingin bersembahyang dan berdoa untuk meminta keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, rejeki, dan kebahagiaan di sepanjang tahun baru. Warna teng-long memancarkan cahaya terang benderang menambah semaraknya pesta penutupan Tahun Baru Imlek. Sebelumnya, berbagai rangkaian acara digelar dalam penyambutan dan penutupan Tahun Baru Imlek 2559. Hari itu ditandai dengan berbagai pertunjukkan seperti atraksi barongsai, naga, wushu, dan perarakan Kio dari beberapa perkumpulan sosial dan kebudayaan warga Tionghoa dan Himpunan Marga yang ada di Padang. “Sejumlah perhimpunan dan perkumpulan marga Tionghoa mengarak Kio berkeliling perkampungan Tionghoa di Pondok, diiringi bunyi genderang yang bertalu-talu. Upacara sakral ini ada yang dilaksanakan tepat tanggal 15 Imlek dan ada juga yang melaksanakannya pada beberapa hari sebelumnya,” ujar Sekretaris Kelenteng See Hin Kiong, Ko Indra, kepada Padang Ekspres, Kamis, (21/2).

Ada suatu kebiasaan yang dilakukan warga Tionghoa pada zaman dahulu, yaitu,”melempar batu ke laut” sebagai simbol membuang segala kemalangan dan kesialan. “Kebiasaan ini tergantung pada kepercayaan pribadi masing-masing warga, kalau mereka yakin, maka ritual seperti itu akan dilakukannya, “ ungkap Ko Indra. Perayaan Tahun Baru Imlek 2559 kemarin, dikoordinir tujuh perhimpunan marga, yakni perkumpulan keluarga Gho, Tan, Lie Kwee, Lim, Tjoa Kwa, Ong, dan perkumpulan marga Huang serta didukung oleh Himpunan Bersatu Teguh (HBT), Himpunan Tjinta Teman (HTT), St. Yusuf, Vihara Budha Warman, Vihara Maiterya, Kelenteng See Hin Kiong dan Pemko Padang. “Perayaan Hari Raya Imlek 2559 kali ini, untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan menghidupkan kembali dan melestarikan kebudayaan Tionghoa yang nyaris dilupakan oleh generasi muda,” jelas Ko Indra. (***)

Sumber berita : Padang Ekspress






























































0 komentar:

Berita Terkait..

 
Copyright  © 2007 | Design by Unique             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger