Sumbar masuk ke dalam 10 daerah destinasi Visit Indonesia Year 2008. Ini tentu merupakan kebanggaan bagi masyarakat daerah ini. Tapi, peluang ini justru kalangan praktisi pariwisata merasa gamang dan agak pesimis.
…apakah Sumbar mampu menyongsong peluang besar ini!.
Bicara pariwisata, memang tidak pernah ada habisnya. Selalu ada saja hal menarik untuk diperbincangkan, baik soal pengembangan pariwisata maupun sarana prasarana pendukungnya. Semua tahu kalau potensi pariwisata Sumbar begitu besar dan banyak jumlah objeknya. Meski begitu, pengemasan dan promosi pariwisata yang dilakukan selama ini belum mampu mengangkat sektor pariwisata berkembang signifikan. Bahkan, daerah yang miskin potensi wisatanya menjadi saingan Sumbar dalam menggaet wisatawan. Seperti Riau yang mengemas pariwisatanya dengan sangat apik, dan Sumatera Selatan yang sejak beberapa waktu belakangan julukan “kota kriminal” itu perlahan menghilang seiring banyaknya pihak yang menggelar iven di sana. Pariwisatanya juga ditunjang kebersihan kota.
Bagaimana dengan pariwisata Sumbar? Inilah yang sering mengganjal di benak berbagai pihak, termasuk Asita dan stackhoders pariwisata daerah ini. Bahkan, mereka mengibaratkan pariwisata Sumbar seperti keong berjalan. Majunya lamban dan seolah menahan nafas terlebih dahulu untuk sampai menuju ke arah pengembangan yang menggembirakan. Masuknya Sumbar dalam 10 destinasi wisata dalam Visit Indonesia Year 2008 tahun ini bisa dikatakan baik kalau pembangunan wisata sudah berjalan maksimal. Sebab, tahun-tahun sebelumnya, Sumbar justru masuk dalam lima daerah destinasi Visit Indonesia. “Pola promosi yang dilakukan pemerintah dalam menggaet wisatawan selama ini tidak tepat sasaran. Seharusnya orang dari luar daerah atau luar negeri yang kita undang ke sini.
Bukan sebaliknya kita yang ke sana dengan melihat potensi yang ada di sana,” ujar Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Sumbar Asnawi Bahar bersama jajaran pengurus Asita periode 2007-2011, di Carano Room Padang Ekspres, kemarin. Selama ini, katanya promosi pariwisata dilakukan dengan mengunjungi negara yang bukan menjadi pasar wisata Sumbar secara beramai-ramai, seperti Timur Tengah. Padahal cara tersebut tidak efektif dan tidak akan mendongkrak dunia pariwisata Sumbar. Dalam hal ini peran media dalam memajukan pariwisata tidak bisa diabaikan begitu saja. “Promosi yang ada dengan mendatangi negara yang dituju dengan membawa serta wartawan. Dan dalam hal ini wartawan yang dibawa tentu akan menceritakan apa yang dilihatnya di negara yang dituju tersebut,” ungkapnya.
Pola ini menurutnya seharusnya diubah, dengan mengundang wartawan yang ada di daerah luar, bahkan kalau perlu dari negara lain dan membawa mereka mengunjungi objek wisata yang ada di Sumbar. Praktis, ketika mereka kembali ke daerah dan negara asalnya, pariwisata di Sumbar akan dipublikasikan di tempat mereka masing-masing. Dalam pertemuan yang dimoderatori Redaktur Rakyat Sumbar Rommi Delviano, itu juga hadir Wakil Ketua I Asita Ian Hanafiah (PT Ero Tour), Sekretaris Febby Salam (PT Salam Leisure), Wakil Sekretaris Ridwan Tulus (PT Sumatra and Beyond), Seksi Product (tour) Alexandra (PT Anugrah Tour0, Humas dan Publikasi Yuliandre Darwis, serta seksi SDM Rita (PT Crystal Tour). Dari Padang Ekspres turut hadir, Pemimpin Umum/ Pemimpin Perusahaan Padang Ekspres H St Zaili Asril, Pemimpin Redaksi Oktaveri, serta jajaran redaksi lainnya.
Dalam diskusi ini, berbagai isu penting pariwisata dikupas tuntas termasuk belum adanya proteksi regulasi terhadap tour travel yang ada, hospitality atau keramahan masyarakat yang belum mendukung sektor ini, termasuk infrastruktur yang belum memadai sebagai pendukung objek pariwisata. Alexandra menyatakan, dalam pengemasan dan promosi wisata, Malaysia sepertinya belum terkalahkan. Hal ini dilihat dengan banyaknya spanduk atau stiker yang ada di penjuru pelosok negeri ini yang memperlihatkan Visit Malaysia-nya. “Sementara coba lihat apakah ada Visit Indonesia Year 2008 terpampang di sana? Sama sekali tidak ada,” tegas Alexandra. Ke depan, pihak yang terkait didalamnya yaitu pemerintah, masyarakat dan stakeholders harus bersinergi walau diakui sinergi yang yang ada selama ini belum terjalin dengan maksimal seperti yang diharapkan. (Padek)
ada pendapat anda tentang wisata dapat diposting kan di artikel ini.
1 komentar:
ayo padang....jgn males2an dunk
Posting Komentar