Gabung dan lihat iklan dapat Rupiah

Minggu, 10 Februari 2008

Atraksi Barongsai Jalin Kebersamaan

Padang- kerlap-kerlip lampu lampion menyala, begitu terasa saat pertama menginjakkan kaki di Vihara Kelenteng, Rabu (6/2) mulai pukul 19.00 WIB. Bunyi klakson kendaraan bermotor bersahut-sahutan. Ribuan warga kota mulai anak-anak,remaja hingga dewasa dari berbagai etnis berkumpul memadati Kelenteng, pusat perayaan Imlek (Tahun Baru Cina) 2559 di Kota Padang.

Sungguh suasana yang sangat meriah dan terang benderang. Malam itu, Vihara Kelenteng disulap merah dengan gantungan lampion di setiap sudut. Nyaris tak ada celah Vihara yang tidak digantungi lampion. Mainan musik tradisional Gambang Tiong Hoa terus menyeru mengiringi barongsai Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dan marga Huang.


Perayaan Imlek nyaris tidak bisa dipisahkan dari atraksi Barongsai, sebuah tradisi yang di dalamnya terkandung unsur keagamaan dan olah raga (kungfu). Ini benar yang ditunggu-tunggu sejumlah warga yang hadir malam itu. Tepuk tangan pun membahana ketika singa-singa itu melakukan atraksi “Patok” yang menggunakan teknik tinggi layaknya lompatan kungfu, sekitar pukul 22.00 WIB.
Semarak: Perayaan Imlek di Vihara Kelenteng Padang kemarin berlangsung semarak. Perayaan ini juga disemarakan dengan antraksi Barongsai dari HBT Padang.

Permainan ciamik barongsai yang juga turut disiarkan langsung salah satu televisi swasta nasional tersebut sungguh berhasil menyedot perhatian warga. Antara warga yang merayakan dengan masyarakat umum pun berbaur. Tak ada perbedaan, semua larut dalam suka cita. Di balik hingar bingar tersebut, bukan berarti perayaan Imlek tidak menghadirkan nuansa sakral. Asap dupa terus mengepul di dalam Vihara, bau khasnya terhirup sampai luar kelenteng.

Ketua Kelenteng (Sei Hin Kiong) Edy Yusuf mengungkapkan, selain menjadi ritual warga Khonghucu setelah melaksanakan perayaan Imlek, barongsai ini memang untuk menghibur warga. “Imlek tahun ini dirayakan dengan sangat sederhana. Mari kita semua sama-sama berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta terhindar dari segala bencana alam,” terang Ketua Kelenteng (Sei Hin Kiong) Edy Yusuf.

Hal senada juga dikatakan Ketua III HBT Loekman Soetjipto. “Sekalipun bencana alam terjadi diluar perhitungan dan perkiraan manusia, adalah relevan melalui perayaan Imlek dilakukan kegiatan sosial membantu sesama. Ini momen yang baik dalam membangun semangat kebersamaan dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa,” terang Loekman Soetjipto didampingi Sekretaris HBT Alexius Widjaja.

Untuk itu, tambah Loekman, HBT akan menggelar acara sosial berupa “bazar” pada 14-21 Februari mendatang di gedung HBT. Dilanjutkan acara puncak perayaan Imlek (Cap Go Mai) yang jatuh 15 hari setelah Imlek, Kamis (21/2). Menjelang tengah malam, Kelenteng See Hin Kiong semakin dipadati ratusan warga Tionghoa yang akan melakukan sembahyang detik-detik Sin Cia, tepat pada pukul 00.00 WIB. Upacara sembahyang ini dilakukan dengan khusuk dan hikmat.

Tujuannya adalah menyampaikan rasa terima kasih Tuhan Yang Maha Besar atau para Sin Beng (Malaikat Suci) atas segala berkah dan karunia yang telah diterima sepanjang tahun lalu, serta permohonan agar senantiasa diberikan perlindungan dan bimbingan dalam memasuki kehidupan di tahun yang baru.

Sejarah Imlek
Tahun Baru Imlek Tiongkok konon sudah bersejarah 4.000 tahun lebih. Tapi pada permulaan, hari raya itu tidak disebut sebagai Tahun Baru Imlek, dan juga tidak dirayakan pada hari yang tetap. Kira-kira pada tahun 2100 Sebelum Masehi, rakyat Tiongkok pada waktu itu menyebut rotasi Bintang Jupiter sebagai Sui, yakni satu tahun, maka Tahun Baru Imlek pada waktu itu disebut sebagai Sui. Pada tahun 1000 Sebelum Masehi, rakyat pada waktu itu menamakan Tahun Baru Imlek sebagai Nian, dengan artinya panen.

Menurut adat istiadat masyarakat Tiongkok, Tahun Baru Imlek dalam arti makro dimulai dari tanggal 23 bulan 12 Imlek, dan berlangsung sampai hari Cap Goh Meh yang jatuh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, dengan masa perayaan berlangsung selama tiga minggu. Di antaranya, malam tanggal 30 bulan 12 atau chuxi dalam bahasa Tionghoa dan tanggal pertama bulan pertama Imlek paling meriah, dan merupakan puncak perayaan Tahun Baru Imlek.

Sumber posting dari : Padang Ekspres

0 komentar:

Berita Terkait..

 
Copyright  © 2007 | Design by Unique             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger