Hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap 96 sampel yang mewakili seluruh merek susu yang terdaftar, membuktikan bahwa tidak ada sampel yang mengandung Enterobacter Sakazakii (ES). Semuanya aman dikonsumsi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 2 metoda yaitu US-FDA dan ISO/TS 22964: 2006, baik pada produk dalam negeri maupun luar negeri, termasuk pada susu dengan harga murah.
Pengujian terhadap 96 sampel susu formula bayi ini dilakukan BPOM sebagai tindak lanjut atas penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2003. Hasil penelitian IPB mengungkapkan bahwa Enterobacter sakazakii ada di dalam susu formula. Tidak hanya ES, bersamaan BPOM secara rutin juga melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya cemaran lain seperti cemaran kimia, cemaran fisik, cemaran logam berat, cemaran fungi, dan lainnya.
Demikian pernyataan Kepala Badan POM Husniah Rubiana Thamrin Akib di kantor Departemen Komunikasi dan Informatika, Rabu (2/4), saat jumpa pers mengenai hasil od manufacturing production sebagaimana telah ditentukan oleh BPOM. Untuk semua produk yang beredar di Indonesia, baik hasil akhir maupun prosesnya akan dilihat oleh pengawas (BPOM). Semua produk terbuka untuk publik. Dengan demikian publik selalu bisa ikut melihat dan mengawasi prosesnya. Konteksnya dengan ES, memang dapat menyebabkan sakit, tapi pada kondisi yang sangat spesifik seperti bayi berat lahir rendah atau bayi prematur. Kemungkinan seseorang terkena bakteri ES menurut Badan Pangan Dunia (FAO) adalah 10-7, artinya 1 dari 10 milyar orang pada saat yang sama dimanapun kemungkinan terinfeksi ES. Oleh karena itu, selama kurun waktu 40 tahun hanya ditemukan 40 kasus di seluruh dunia. Menurut Pratiwi, bayi yang terinfeksi ES tidak terjadi di rumah atau perkampungan melainkan di RS yang merawat bayi sakit atau sangat lemah dan kemungkinan besar dapat terjadi kontaminasi. Sementara itu, Ketua Umum IDAI dr. Sukman menyatakan perlunya investigasi atas berita yang menyatakan adanya bayi yang meninggal setelah minum susu. Menurutnya penyelidikan ini perlu dilakukan mengingat dalam waktu yang sangat singkat, dalam keadaan emergency bayi dapat tiba-tiba meninggal. “Ini bisa karena masuknya cairan ke paru-paru. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan susu yang diminum. Air juga bisa masuk ke paru-paru bila bayi dalam keadaan tidak sehat”, tegasnya.
Dikutip dari : WWW.Ruhyana.com
0 komentar:
Posting Komentar